Mereka, para aktifis
dakwah rela mengorbankan segala yang mereka miliki untuk jalan dakwah. Finansial,
waktu, energi, dan diri mereka sendiri ,mereka relakan untuk jalan yang amat
mulia ini. Walaupun mereka sadar, jalan yang mereka pilih amat panjang, sangat
melelahkan dan menguras tenaga. Penuh dengan jurang-jurang berbahaya yang kapan
saja tanpa sadar kita dapat terperosok ke dalamnya. Mungkin hanya terluka,
mungkin hanya kaki atau tangan yang patah, atau bahkan nyawapun melayang.
Jalan dakwah ini akan membuat kita sangat lelah. Namun jika
kita melewatinya dengan Keikhlasan penuh yang di bangun atas cinta kepada Allah,
diiringi dengan kesabaran dalam menghadapi aral yang melintang, maka pada
akhirnya kita akan menemukan akhir yang indah. Sangat indah. Saat itulah segala kelelahan berubah menjadi kesegaran,
penderitaan berevolusi menjadi kebahagiaan, kesengsaraan bermetamorfosis
menjadi kesenangan yang hakiki. Inilah jalan dakwah, jalan para nabi, jalan
yang berakhir dengan pahala.
Jalan dakwah ibarat orang yang sedang berpuasa di tengah
pasir, di saat terik matahari menyengat. Namun, seketika rasa haus dan penat
akan hilang saat meneguk segelas air ketika berbuka puasa. Sungguh kenikmatan
yang tak terhitung. Jalan dakwah ibarat perjalanan pada malam hari. Semakin
larut malam maka semakin gelap dan mencekam. Namun semakin menjelang subuh maka
kepekatan malam mulai luntur. Saat itulah mulai terbit matahari. Timbullah
cahaya yang menyinari seantero bumi. Habis gelap terbitlah terang.
Seperti itulah jalan
dakwah. Ketika menginjakkan kaki di surga, saat itulah segala kelelahan akan
lenyap, kesengsaraan akan sirna. Ketika itu ditanyakan “ apakah kamu pernah
merasakan penderitaan sebelum ini?” maka ia menjawab setelah dicelupkan ke
Surga. “Demi Allah, saya tidakpernah merasan penderitaan sebelum ini.”
Akhir yang membahagiakan
0 komentar:
Posting Komentar