Minggu, 08 Januari 2012

Antara suci dan batu


“............Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhori dan Muslim).

Petikan hadits di atas menyampaikan pesan kepada kita khususnya umat muslim mengenai peran hati dalam mencetak sifat, karakter, dan perangai diri kita. Hatilah yang menentukan seorang manusia itu baik atau buruk. Pada dasarnya, segala perbuatan yang kita lakukan, dari berjalan, berlari, duduk,  diam, bahkan berbaring bekerja atas perintah otak. Namun pada hakikatnya hatilah yang memberikan sinyal pada otak untuk mengkoneksikannya terhadap prilaku yang kita perbuat. Begitu besar eksistensi hati dalam menetukan setiap langkah hidup yang kita jalani.

Hati merupakan cerminan seseorang. Hati yang suci adalah hati yang senantiasa mengingat dan merasakan kedekatan dengan Allah.
Hati yang bersih  membuahkan ketaqwaan kepada Allah. Kesucian  hati dapat timbul karena seringnya seorang hamba bertaubat, muraqabah, muhasabah, dan mujahadah. Adapun Taubat artinya kembali ke posisi normal, jika berbuat dosa maka segera mengungat Allah kemudian meminta  ampun kepadanya dan tidak mengulangi dosa itu lagi. Muraqabah, artinya selalu merasa di bawah pengawasan Allah kapan dan di mana pun berada. Baik di keramaian atau kesepian, baik itu gelap ataupun terang. Muhasabah, artinya merenungi kembali kejadian yang masa lalu, dan mengingat dosa yang telah dilakukan, kemudian bertaubat. Mujahadah, artinya perang terhadap hawa nafsu yang bertujaun untuk mengendalikan hawa nafsu dalam situasi dan kondisi apapun. Nafsu menurut tabiatnya selalu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, senantiasa mengajak kepada kejelekan. Firman Tuhan: ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf, 12: 53).

Namun hati buruk adalah hati yang keras. Adapun ciri-ciri hati yang keras yaitu
1.       Tidak khusyuk dalam mengingat Allah.
2.       Ketika mendapat teguran dari Allah, maka lengahlah hati itu
3.       Membiarkan hati terkotori oleh dosa dan kemaksiatan
“Sesungguhnya orang yang beriman itu, apabila melakukan suatu dosa, maka ternodai oleh noda hitam di dalam hatinya. Apabila dia bertaubat, berhenti dan meninggalkan (maksiat tersebut), maka hatinya akan cemerlang kembali. Apabila dia menambah (dosa itu), maka noda hitam itu akan bertambah sehingga menutupi hatinya” (HR. Al-Nasa’i dan al-Tirmidzi, hadis Hasan Shahih).

Maka dari itu, ketika hati mu membatu, maka satu-satunya zat yang dapat menolong kita adalah Allah. Mintalah ampunan darinya, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

2 komentar:

Suara Langit mengatakan...

syukron ukhti.....

Catatan Ashe mengatakan...

afwan akhi...
salam kenal....

Posting Komentar

saudara seperjuangan

saudara seperjuangan
Wahai saudaraku,,, Ingatlah akan sebuah janji kita Untuk selalu bersama Di surga-Nya kelak
";)active-Smart-Sholehah-creative-....ashe_kurniasih....(;"
Sebuah Renungan

go to keraton kadariah part 2

Jalan-jalan ke Keraton Kadariah

Followers