“............Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia
terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan jika
ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati." (HR. Bukhori dan Muslim).
Petikan hadits di atas menyampaikan pesan kepada kita
khususnya umat muslim mengenai peran hati dalam mencetak sifat, karakter, dan
perangai diri kita. Hatilah yang menentukan seorang manusia itu baik atau
buruk. Pada dasarnya, segala perbuatan yang kita lakukan, dari berjalan,
berlari, duduk, diam, bahkan berbaring
bekerja atas perintah otak. Namun pada hakikatnya hatilah yang memberikan
sinyal pada otak untuk mengkoneksikannya terhadap prilaku yang kita perbuat. Begitu
besar eksistensi hati dalam menetukan setiap langkah hidup yang kita jalani.
Hati merupakan cerminan seseorang. Hati yang suci adalah
hati yang senantiasa mengingat dan merasakan kedekatan dengan Allah.
Hati yang bersih membuahkan ketaqwaan kepada Allah. Kesucian hati dapat timbul karena seringnya seorang
hamba bertaubat, muraqabah, muhasabah, dan mujahadah. Adapun Taubat artinya kembali
ke posisi normal, jika berbuat dosa maka segera mengungat Allah kemudian
meminta ampun kepadanya dan tidak
mengulangi dosa itu lagi. Muraqabah, artinya selalu merasa di bawah
pengawasan Allah kapan dan di mana pun berada. Baik di keramaian atau kesepian,
baik itu gelap ataupun terang. Muhasabah, artinya merenungi kembali
kejadian yang masa lalu, dan mengingat dosa yang telah dilakukan, kemudian
bertaubat. Mujahadah, artinya perang terhadap hawa nafsu yang bertujaun
untuk mengendalikan hawa nafsu dalam situasi dan kondisi apapun. Nafsu menurut
tabiatnya selalu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, senantiasa
mengajak kepada kejelekan. Firman Tuhan: ”Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan.” (QS. Yusuf, 12: 53).
Namun hati buruk adalah hati yang keras. Adapun ciri-ciri
hati yang keras yaitu
1.
Tidak khusyuk dalam mengingat Allah.
2.
Ketika mendapat teguran dari Allah, maka
lengahlah hati itu
3.
Membiarkan hati terkotori oleh dosa dan
kemaksiatan
“Sesungguhnya orang yang beriman itu,
apabila melakukan suatu dosa, maka ternodai oleh noda hitam di dalam hatinya.
Apabila dia bertaubat, berhenti dan meninggalkan (maksiat tersebut), maka
hatinya akan cemerlang kembali. Apabila dia menambah (dosa itu), maka noda
hitam itu akan bertambah sehingga menutupi hatinya” (HR. Al-Nasa’i dan
al-Tirmidzi, hadis Hasan Shahih).
Maka dari itu, ketika hati mu membatu, maka
satu-satunya zat yang dapat menolong kita adalah Allah. Mintalah ampunan
darinya, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
2 komentar:
syukron ukhti.....
afwan akhi...
salam kenal....
Posting Komentar