Suatu hari, di sebuah rumah yang sederhana, hiduplah seorang
ayah yang sudah cukup tua bersama dengan sorang anak laki-lakinya. Mereka
berdua sedang asik berbicara di teras rumah mereka.
“nak, tolong ambilkan ayah segelas air putih, kopi dan teh”,
pinta sang ayah. Si anak pun segera menuruti permintaan ayahnya itu. Tanpa
bertanya untuk apa ia langsung masuk ke dalam mengambil segelas air putih.
Tak butuh waktu yang lama untuk si anak mengambilkan segelas
air di dalam. Dalam sekejap saja anak itu sudah di teras rumah dengan membawa
gelas yang berisi air putih dan kopi
“ini yah”,kata si anak sambil memberikan benda-benda
tersebut. Ayah pun meletakkannya di atas meja.
“yah, memangnya untuk
apa sih air dan kopi.i”, tanya si anak kepada ayahnya.
Ayah hanya tersenyum. Sambil mengambil segelas air itu, sang
ayah meminta anaknya untuk memasukkan kopi ke dalam gelas yang berisi air
tersebut. Si anakpun agak terheran namun ia tetap melakukan apa yang dipinta
oleh ayahnya. Setelah si anak memasukkan sesendok kopi ke dalam gelas tersebut,
sang ayah pun bertanya kepada anaknya.
“nak, coba kau lihat air tersebut”. Kata sang ayah. Si
anakpun memperhatikan, hingga ia mengernyitkan dahinya. Ia coba melihat
lekat-lekat ke arah gelas itu, namun tak ada yang istimewa. Sang ayahpun
melanjutkan perkataanya.”nak, tadinya air itu berwarna bening, tak ada noda
sedikitpun dari air itu. Kemudian setelah dituangkn sesendok kopi, warnanyapun
berubah, menjadi hitam pekat, tiada lagi tampak bening seperti semula”. Jelas
sang ayah.
Si anak pun termangut-mangut mendengar penjelasan ayahnya.
Namun ia tak mengerti maksud pembicaraan ayahnya itu
“kamu tau maksud ayah apA?”, tanya sang ayah. Si anak anak
menggeleng-geleng tidak mengerti.kemudian ayah melanjutkan lagi perkataannya. “nak,
jika kau melakukan ibadah maka lakukanlah dengan ikhlas sepenuh hati.
Lepaskankan dari segala kepentingan yang bersifat duniawi. Berikan sepenuhnya
kepada Allah. Jangan sampai ada noda-noda yang menyertai dalm setiap amal yang
dilakukan. Karena itu akan bernilai sia-sia menurut pandangan Allah.” Nasehat
sang ayah. Si anak mendengarkan dengan baik nasihat ayahnya itu.
Sang ayah terdiam sejenak mengambil napas panjang dan
melanjutkan nasihat kepada anak laki-lakinya itu. “air putih tadi ibarat sebuah
keikhlasan dalam diri kita. Air kopi tadi ibarat amal yang di dalamnya terselip
niat yang bukan karena Allah. Maka dari itu, jaga keikhlasan kita. Jadikan
segala amalan kita itu seperti air putih yang tidak ternodai oleh hitamnya
kopi, yang artinya masih ada kenikmatan lain yang ingin didapat selain Allah.
Karena Allah hanya menerima gelas yang berisi air putih, bukan yang sudah
ternodai.” Jelas sang ayah.
Si anakpun mengangguk tanda mengerti. Ia tersenyum pada
ayahnya itu tanda terimkasih atas nasihat kepada ayahnya itu.
0 komentar:
Posting Komentar